Translate

Kamis, 24 April 2014

PENTINGKAH PSIKOTES DAN ASSESSMENT ITU?

Psikotes atau Assessment biasanya menjadi momok yang menakutkan bagi para pencari kerja. Kenapa bisa demikian? Analisa saya menganggap karena para pencari kerja merasa bahwa psikotes atau assessment adalah faktor utama mereka tidak lolos dalam proses rekrutmen di suatu perusahaan.

Psikotes ataupun assessment merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi sebagian perusahaan di Indonesia dalam melakukan perekrutan untuk karyawan baru ataupun untuk melakukan promosi bagi karyawan yang sudah bekerja ditempat mereka. Lalu kenapa ada perusahaan yang menggunakan psikotes dan assessment ini di dalam proses rekrutmen ataupun promosi jabatan? Jawaban saya ada 2, yaitu karena ikut-ikutan dan memang mau melihat potensi yang ada pada subjek yang di psikotes atau assessment tersebut. Lalu kenapa juga banyak perusahaan yang tidak melakukan kedua hal tersebut? Jawaban saya adalah mungkin karena perusahaan tersebut belum melihat manfaat yang di dapat dari melakukan kedua hal itu. Atau memang kebutuhan sumber daya manusia yang banyak dan cepat untuk memenuhi posisi yang perusahaan tersebut cari.

Nah bagaimana pendapat saya sendiri sebagai Sarjana Psikologi? Oia, hanya sekedar info ya. S1 Psikologi itu namanya Sarjana Psikologi bukan Psikolog. Nah bedanya apa? Ya jelas beda, yang satu lulusan S1 doang dan yang satunya lagi S2 Profesi. Dan S2 Profesi berbeda juga lho dengan S2 Saint Psikologi. Bedanya (kalau belum berubah lagi) adalah kalau S2 Profesi sudah pasti lulus jadi Psikolog dan tidak bisa melanjutkan ke jenjang S3, nah kalau S2 Saint Psikologi boleh ambil S3 tapi pas lulus S2 belum menjadi Psikolog dan juga S2 Profesi harus berasal dari S1 Psikologi sedangkan jika S2 Saint Psikologi boleh berasal dari S1 jurusan apa saja.

Waduh panjang jelasin tentang penyebutan title di bidang psikologi sampai lupa jawab pertanyaan tentang bagaimana pendapat saya sebagai Sarjana Psikologi tentang Psikotes dan Assessment. Baiklah kalau saya ditanya penting atau tidak saya saat ini menjawab penting. Nah loh kenapa saat ini? Ya karena pas dulu kuliah saya menganggap psikotes gak terlalu penting karena masa sifat manusia bisa dilihat oleh alat buatan manusia, sedangkan psikologi sendiri melihat manusia sebagai makhluk Tuhan yang unik. Lalu kenapa sekarang saya bilang penting? Ya karena tambahnya pemahaman saya tentang alat tes psikologi, tentang manusia itu sendiri, dan karena kerjaan saya bergelut dibidang rekrutmen.

Baik sekarang kita bahas kenapa Psikotes atau Assessment itu penting dilakukan. Oia kalau ada yang bertanya psikotes itu kan yang buat dari luar negeri, tapi kok diluar negeri psikotes gak dipakai untuk rekrutmen karyawan? Jawaban saya untuk pertanyaan ini adalah tidak tahu karena saya belum pernah melamar kerja diluar negeri dan kalau dari film, yang saya lihat adalah mereka memang tidak melakukan psikotes untuk melakukan rekrutmen dan juga metode mereka untuk melihat kepribadian orang lain sangat banyak. Jadi intinya diluar negeri pun mereka ingin tahu tentang kepribadian individu walau bukan dengan psikotes. Dan ini juga alasan saya kenapa Psikotes dan Assessment penting dilakukan karena kita bisa melihat karakter individu lain.

Lalu pertanyaan lain muncul, yaitu seberapa besar kebenaran dari hasil psikotes ini. Nah kalau ini saya bilang relatif tergantung mereka yang menganalisa tes-tes yang dikerjakan atau diselesaikan oleh tester (orang yang dites). Kok bisa begitu? Ya karena jam terbang para penganalisa itu dan juga seberapa luas pengetahuannya. Jadi gak valid dong? Ya intinya secara garis besar kita memiliki gambaran umum tentang karakter orang atau individu yang kita tes tersebut, dan kenapa saya bilang begitu karena tidak ada ilmu pengetahuan di dunia ini yang sifatnya benar 100%. Lah wong ramalan dukun aja masih suka salah kok.

Mungkin langsung kepada kesimpulan saya kenapa Psikotes atau Assessment penting? Karena dengan melakukannya, kita menjadi tahu tentang karakter individu dan juga tentunya diri kita. Dan setahu saya, sepaham dan sehebat kita dalam menganalisa hasil Psikotes orang lain, kita tetap tidak bisa memanipulasi Psikotes tersebut kecuali Psikopat mungkin.

Sebagai penutup, mohon feedback daribyang membaca kalau salah. Karena saya masih bodoh dan terus belajar. Ya kita diskusi aja.

Defence Mechanism (Mekanisme Pertahanan Diri) By Sigmund Freud



Sigmund Freud berpendapat apabila kebutuhan seseorang tidak terpenuhi maka dia akan mempertahankan dirinya. Berikut beberapa istilahnya:

1.      Represi (Repression)
Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan2, impuls2 pikiran, kehendak2 yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam bawah sadar.
Secara tidak sadar seseorang menekan pikiran2 yang tidak sesuai atau menyedihkan keluar dari alam sadar ke alam tak sadar.  Repression yang terus menerus akan menjadi tumpukan kekecewaan sehingga menjadi “kompleks terdesak”
Contoh: seorang pemuda melihat kematian temannya waktu kecelakaan, kemudian “lupa” tentang kejadian tersebut. (lupa ini disebut amnesia yang psikogenik, bila lupa karena gegar otak maka disebut amnesia organik).

2.      Kompensasi (Compensation)
Mekanisme dimana seseorang mengabdikan dirinya kepada mengejar suatu tujuan, dengan usaha yang lebih giat ke dalam usahanya itu untuk mengatasi rasa kekurangan yang sebenarnya atau yang hanya dirasakan saja.
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang baik atau karena frustrasi dalam suatu bidang, lalu dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang yang lain (kompensasi berlebihan). Kompensasi dilakukan terhadap perasaan kurang mampu (inferior).
Contoh: anak yang tidak pandai di sekolah, menjadi anak jagoan atau ditakuti oleh teman-temannya).

3.      Konversi (Conversion)
Mekanisme dimana konflik emosional memperoleh ekspresi luar melalui manifestasi motorik, sensoris, somatik.
Contoh: saat stress menjadi mudah marah, teriak-teriak, atau berolahraga.

4.      Penyangkalan (Denial)
Proses mekanisme dimana seseorang menghindarkan kenyataan yang menimbulkan sakit dan rasa cemas, dengan secara tidak sadar menyangkal adanya kenyataan, yang disangkal itu mungkin berupa suatu pikiran, keinginan, atau suatu keadaan dan benda. Menyangkal realitas yang menimbulkan rasa takut, sakit, malu, atau cemas.
Contoh: seorang ibu tidak mau menerima bahwa anaknya terbelakang mental sehingga anak tersebut dititipkan pada saudaranya yang jauh.

5.      Memindahkan (Displacement)
Proses mekanisme dimana emosi2 yang tertahan diberikan tujuan yang lain ke arah ide2, objek2, atau orang2 lain daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi terhadap seseorang atau objek dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain.
Contoh: seorang anak yang dimarahi ibunya kemudian dia memukul adiknya atau menendang kucingnya.

6.      Disosiasi (Dissociation)
Beban emosi dalam suaatu keadaan yang menyakitkan diputus atau diubah. Mekanisme dimana suatu kumpulan proses2 mental dipisahkan atau diasingkan dari kesadaran dengan bekerja secara merdeka atau otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari ide, situasi, objek, misalnya pada selektif amnesia.
Contoh: rasa sedih karena kematian seorang kekasih dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi”.

7.      Fantasi (Fantasy) atau Khayalan (Image)
Suatu proses melamun (menerawang) atau tindakan berkhayal untuk memberikan pelarian dari kenyataan, dengan kepuasan diperoleh dan pencapaian2 kenikmatan yang bersifat khayal atau mati sebagai pahlawan yang tidak berdosa.
Contoh: seorang anak yang kurang pandai lalu berkhayal dirinya menjadi bintang pelajar.

8.      Identifikasi (Identification)
Suatu mekanisme dimana seseorang mempertinggi harga dirinya dengan mempolakan dirinya serupa dengan orang lain (tabiat2nya meniru orang lain). Menambah rasa harga diri dengan menyamakan harga dirinya seperti seorang atau suatu hal yang dikaguminya.
Contoh: seorang anak yang bersolek atau berdandan seperti ibunya, atau malah bersolek seperti bintang iklan.

9.      Introyeksi (Introjection)
Proses dimana seseorang mengambil ke dalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari kepribadiannya sendiri.
Contoh: seorang anak yang membenci seseorang tapi “memasukkan” ke dirinya sendiri, hingga jika ia kesal ke orang tersebut ia akan memukuli dirinya sendiri.

10.  Negativisme (Negativism)
Proses perlawanan yang aktif atau pasif terhadap permintaan2 yang ditujukan kepada seseorang. Negativisme aktif kalau seseorang berbuat kebalikan dari apa yang diminta darinya. Negativisme pasif kalau ia menghindarkan apa yang diharapkan daripadanya.
Contoh: seorang anak yang disekolahkan tidak sesuai dengan minatnya maka ia sering bolos sehingga prestasinya menjadi kurang.

11.  Proyeksi (Projection)
Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat2nya sendiri yang tidak baik, atau perasaan2 dengan menuduhkannya kepada orang lain. Menyalahkan orang lain mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik.
Contoh: seorang murid tidak lulus lalu mengatakan gurunya sentimen kepada dia.

12.  Rasionalisme (Rationalization)
Mekanisme dimana seseorang membenarkan tingkah lakunya yang tidak konsekuen dan tidak baik. Termasuk membenarkan kepercayaan, keterangan, alasan2 (motivasi) dengan memberikan penjelasan dan keterangan baginya. Berusaha untuk membuktikan bahwa perbuatannya (yang sebenarnya tidak baik) dianggap rasional adanya, dapat dibenarkan, dan dapat diterima.
Contoh: seorang anak menolak bermain bulu tangkis dengan temannya karena “kurang enak badan” atau “besok ada ulangan” (padahal takut kalah).

13.  Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Proses dimana seseorang mengambil kedalam struktur egonya sendiri, semua atau sebagian dari suatu objek, yang kemudian dianggap sebagai suatu unsur dari kepribadiannya sendiri. Supaya tidak menuruti keinginannya yang jelek, maka sebagai penghalang diambil sikap atau perilaku yang sebaliknya.
Contoh: seorang mahasiswa yang bersikap hormat secara berlebihan terhadap dosen yang sebenarnya tidak ia suka.

14.  Regresi (Regression)
Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam adaptasi. Bentuknya yang ekstrim adalah tingkah laku infantile (kekanak-kanakan). Keadaan seorang yang kembali ke tingkat perkembangan yang sebelumya dan kurang matang dalam adaptasi.
Contoh: seorang anak yang sudah tidak ngompol, mendadak ngompol lagi karena cemas mau masuk sekolah atau mulai menghisap jempol lagi setelah ia memiliki adik.karena merasa perhatian ibunya terhadap dirinya berkurang.

15.  Sublimasi (Sublimation)
Proses dengan apa kehendak2 tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak2 yang tidak dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial.
Contoh: seseorang tidak suka berkelahi kemudian ia menjadi atlet petinju.

16.  Menghapuskan (Undoing)
Mekanisme dimana seseorang secara simbolis melakukan kebalikan sesuatu yang telah dikerjakannya, atau pikiran yang tidak dapat diterima oleh egonya dan masyarakat. Dia secara simbolis menghapus pikiran, perasaan, atau keinginan yang tidak dapat diterima egonya atau masyarakat.
Contoh: seorang suami yang berselingkuh lalu ia memberi bermacam-macam hadiah kepada istrinya.

17.  Simpatisme
Berusaha mendapatkan simpati dengan jalan menceritakan berbagai kesukarannya, misalnya penyakit atau kesulitan2 lainnya. Bila ada yang menyatakan simpati kepadanya maka rasa harga dirinya diperkuat, biarpun ada kegagalan.
Contoh: seorang siswa yang mengeluh bahwa dia tidak mempunyai buku2 pelajaran karena orangtuanya miskin dan tidak bisa membelikannya, lagipula ibunya sakit2an.
 
Sumber: http://chessireworld.blogspot.com/2011/10/defence-mechanism-mekanisme-pertahanan.html